Kamis, 08 Juni 2017

Belajar Cara Produksi Koran di Riau Pos

Dalam rangka memperdalam ilmu tentang komunikasi massa, mahasiswa kelas IV PR A Jurusan Komunikasi UIN SUSKA Riau melakukan kunjungan ke Riau Pos pada hari sabtu, 20 Mei 2017. Lawatan  ini sendiri didampingi oleh dosen Assyari abdullah M. Ikom dan Mustofa M. Ikom.

Setibanya disana kami disambut oleh penanggung jawab Riau Pos, bapak Helfizon Asyafei dan kepala IT Riau Pos sekaligus pimpinan suamtera.net, hendriwanto, yang sekaligus merupakan pemateri pada hari itu. Selama disana, kami dijelaskan dan mempelajari bagaimana proses koran diproduksi hingga akhirnya sampai ketangan pembaca.

Penyerahan Kenang-kenangan Mahasiswa kelas IV PR A beserta dosen UIN Suska 
kepada Riau Pos

Riau Pos Pertama terbit tahun 1991, saat terjadinya perang teluk. Tujuan Riau Pos sendiri adalah untuk menembus mitos terdahulu yang menyatakan bahwa koran daerah tidak dapat bertahan dan menayingi koran ibu kota (jakarta), karena dahulu satu-satunya koran yang dapat bertahan adalah koran dari jakarta saja. Kantor pertama Riau Pos berada di kuantan, dan pada tahun 1995, kantor Riau Pos berpindah ke pekanbaru. 17 januari 1991 koran Riau Pos pertama kali terbit untuk harian. Hingga saat ini, Riau Pos group sudah memiliki 25 cabang di berbagai daerah. Sistem Riau Pos group sendiri adalah otonomi daereah, dimana setiap cabang di pegang/dipimpin dan dikelola oleh anak daerah/masyarakat daerah, sehingga informasi yang diberitakan lebih detail, aktual, dan faktual.


Gedung Graha Pena Riau sekaligus Kantor Riau Pos

Dalam Proses kerjanya, reporter dimpin kordinator liputan, setiap pagi breafing, setiap wartawan ada poskonya, setiap reporter wajib menulis berita minimal 5 berita, setelah selesai rapat para reporter menyebar/turun kelapangan untuk mencari berita. Setelah membuat berita, reporter  mengirim berita ke kordinator liputan untuk di cek, lalu di cek kembali oleh redaktur/editor, lalu editor/redaktur membaca ulang berita tersebut dan melihat apakah berita tersebut memiliki kekurangan atau tidak, atau apakah berita tersebut memiliki masalah hukum/ terkena delik hukum atau tidak. Kemudia berita-berita tadi di cek kembali oleh redaktur pelaksana per sesinya, agar tidak terjadi pencetakan berita yang berganda atau foto yang sama. Kemudia berita di cek kembali oleh wakil pimpinan redaksi. Setelah semuanya selesai dan lolos uji, berita/ koran pun siap di cetak.

Deadline pengiriman berita ke percetakan adalah jam 12 malam. Proses perecetakan sendiri memakan waktu sekitar 3 jam, lalu proses packing sekitar 1 jam. Kemudian, sekitar pukul 3. 30 WIB armada dari 12 kabupaten kota mulai menyebarkan koran ke 12 kabupaten/kota tersebut.

Dalam dunia industri percetakan koran ini, teknologi merupakan hal yang penting, karena semua proses, mulai dari pengumpulan, editing, hingga percetakan koran semuanya membutuhkan dan menggunakan teknologi/ komputerisasi.  Pada awalnya, pembuatan koran di Riau Pos masih mengguakan tenaga manual dan memakan waktu yang lama, karena keterbatasan teknologi.  Salah satu bentuk tenaga manual tersebut, misalnya pembuatan berita yang masih menggunakan tulisan tangan, foto yang masih menggunakan lembar film, pengiriman berita yang menggunakan tenaga manusia (pos), dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu, teknologi mulai berkembang, proses pembuatan koran mulai berkembang, mulai dari mengguaan mesin ketik, fax, hingga akhirnya saat ini menggunakan komputer dan internet (LAN, email). Bahkan, smartphone pun dapat digunakan sebagai sarana pembuatan berita.


Mesin Cetak Riau Pos

Setelah pembekalan materi, sesi tanya-jawab, dan penyerahan cindra mata, kegiatan kami pun berlanjut dengan melihat ruangan dan kegiatan dapur produksi Riau Pos seperti ruang redaktur, dan ruang percetakan Riau Pos. Setelah selesai, kami pun bersama-sama kembali ke kampus UIN Suska.