Rabu, 01 November 2017

Global Village

Pengertian Global Village
      
      Global Village adalah konsep mengenai perkembangan teknologi komunikasi di mana dunia dianalogikan menjadi sebuah desa yang sangat besar. Marshall McLuhan memperkenalkan konsep ini pada awal tahun 60-an dalam bukunya yang berjudul Understanding Media: Extension of A Man. Konsep ini berangkat dari pemikiran McLuhan bahwa suatu saat nanti informasi akan sangat terbuka dan dapat diakses oleh semua orang. Pada masa ini, mungkin pemikiran ini tidak terlalu aneh atau luar biasa, tapi pada tahun 60-an ketika saluran TV masih terbatas jangkauannya, internet belum ada, dan radio masih terbatas antar daerah, pemikiran McLuhan dianggap aneh dan radikal.
      
       Global Village menjelaskan bahwa tidak ada lagi batas waktu dan tempat yang jelas. Informasi dapat berpindah dari satu tempat ke belahan dunia lain dalam waktu yang sangat singkat, menggunakan teknologi internet. McLuhan meramalkan pada saatnya nanti, manusia akan sangat tergantung pada teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi. McLuhan memperkirakan apa yang kemudian terjadi pada masa sekarang, di abada ke-20 seperti saat ini.

      Marshall McLuhan mengkonseptualisasikan “global village” yang dimaknai sebagai sebuah proses homogenisasi jagat sebagai akibat dari kesuksesan system komunikasi secara keseluruhan. Saat ini, betapa mudahnya orang melakukan komunikasi jarak jauh, tidak hanya antarkota melainkan antarnegara yang lokasinya sangat berjauhan. Bahkan, saat ini tidak jarang para petinggi negara mengadakan pertemuan dengan staf pembantunya (misalnya menteri) melaluiteleconference atau konferensi jarak jauh dengan maksud untuk memantau keadaan atau situasi dalam negeri, baik keadaan politik maupun ekonomi, dan sebagainya. Demikian pula, komunikasi dapat dilakukan melalui media internet yang dalam waktu yang relatif singkat, dapat diperoleh informasi atau berita-berita aktual yang terjadi di belahan penjuru dunia ini. Itulah gambaran kehidupan saat ini, kehidupan yang serba menglobal dalam berbagai aspek atau dimensi kehidupan manusia. Inilah yang disebut dengan globalisasi (globalization).

     
      McLuhan menyatakan bahwa desa global terjadi sebagai akibat dari penyebaran informasi yang sangat cepat dan massive di masyarakat. Penyebaran yang cepat dan massive ini menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (media massa). manusia pada masa itu akan lebih menyukai komunikasi audiovisual yang ateraktif, informatif, dan menghibur.
       
       Bertentangan dengan “kekuatan” teknologi media massa, manusia tidak akan mengagumi internet seperti pada awal kehadirannya di tengah masyarakat, sekalipun Internet dapat menghubungkan satu orang dengan orang lainnya dalam tempat yang berjauhan, menyampaikan banyak pesan ke tempat yang berlainan dalam satu waktu bersamaan.

    Perkembangan konsep Desa Global. Seiring berjalannya waktu, konsep ini terus berkembang. konsep ini dianggap sesuai dengan keadaan masa kini, yakni teknologi komunikasi, salah satunya adalah internet, terbukti dapat menyatukan dunia. Perkembangan teknologi seperti yang dinyatakan dalam desa global, membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah orang selalu bisa mengetahui kabar terbaru yang terjadi di tempat lain, dapat berkomunikasi dan terhubung walau dalam jarak ribuan mill, mencari dan bertukar informasi. Adapaun dampak negatifnya adalah kecanduan internet, orang tidak dapat hidup tanpa internet, orang yang lebih eksis di dunia maya dibandingkan dunia nyata, yang menggangu hubungan sosialnya dengan orang lain.
Indonesia telah mengalami penglobalan dalam bidang informasi, sejak kemunculan internet pada pertengahan 90-an. Melalui internet dan televisi membuat masyarakat sumatera utara mengetahui apa yang sedang terjadi di Jakarta, begitu juga penduduk Jakarta yang dapat melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia bagian Timur.

      Melalui internet, masyarakat antar satu kelompok dapat berhubungan dengan kelompok lain di dunia maya, contohnya komunitas pendukung batik sebagai warisan budaya bangsa dapat berkontek-kontekan dengan komunitas pendukung candi Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajabiaan dunia. Lewat blog atau milis, mahasiswa dapat bertukar data kuliah, informasi mengenai suatu peristiwa, bertukar pengalaman, maupun hal ringan untuk hiburan, semuanya dapat diakses melalui internet. Implementasi desa global ini, membuat masyarakat yang saling berjauhan dapat saling berkomunikasi dan saling mengamati, dimanfaatkan pemerintah pusat untuk menjangkau dan memonitor pemerintah daerah, apakah pemerintah daerah mengalami masalah, hambatan, apa perlu bantuan, dan sebagainya, tidak perlu langsung datang ke daerahnya yang jauh itu, hanya melalui telepon, internet, dan teknologi komunikasi lainnya. Desa global juga berlaku di pedesaan. "internet masuk desa" merupakan salah satu wujud desa global di Indonesia, terutama di pedesaan. Contohnya adalah desa Leuwiliang di Bogor, walaupun desa tersebut relatif jauh dari pusat kota, tetapi penduduknya tetap bisa merasakan jasa telekomunikasi menggunakan telepon. Kehadiran internet dengan cepat menyusul, karena adanya perkembangan yang pesat di bidang teknologi dan komunikasi di Indonesia.

Makna Global Village
      
       Bukan rahasia lagi kalau saat ini dunia sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam  berbagai bidang dan aspek kehidupan masyarakat dan negara. Batas-batas teritorial antarnegara yang sebelumnya menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam konteks hubungan antarbangsa dan negara, kini hal itu tidak menjadi kendala yang berarti. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam eskalasi yang tinggi terutama teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi telah menyebabkan batas-batas atau sekat-sekat geografis antarnegara dan bangsa seolah tak nampak lagi sehingga memungkinkan merubah pola sikap dan prilaku manusia dapat berubah sehingga dapat pula berpengaruh bagi tingkat kesehatan pada lapisan Masyarakat , Pantas kalau banyak pihak mengatakan bahwa kecenderungan kehidupan bangsa dan negara saat ini mengarah kepada terbentuknya suatu masyarakat global (global village).  Khususnya pada tingkat kesehatan seluruh lapisan masyarakat.

Proses Global Village

     Berbicara tentang proses global , terhadap setidaknya beberapa  jalur atau saluran yang dapat dijadikan sebagai sarana globalisasi, yaitu jalur teknologi dan  informasi, , perdagangan internasional, pendidikan, dan organisasi internasional. Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang jalur-jalur dalam proses globalisasi itu, berikut dijelaskan lebih rinci masing-masing jalur tersebut :


1. Jalur Teknologi dan  Informasi
   
    Menurut Alwi Dahlan (1996) bahwa teknologi komunikasi merupakan pendorong utama (push factor) globalisasi, yang dapat menghasilkan berbagai produk baru yang dapat mempermudah, mempercepat, dan mempermurah hubungan antarmanusia (human relation). Dan khususnya kemajuan tehnologi di bidang kesehatan misalnya alat-alat kedokteran seperti ,EKG, USG, MRI dan sebagainya . Selain itu Kemajuan teknologi komunikasi tersebut terdapat dalam segala tahap komunikasi; -semenjak pengiriman pesan (sending the message) (misalnya via pemancar, pesawat telepon, ponsel, dsb), penyaluran dan penyampaian/distribusi (misalnya teknologi satelit, seluler, laser, serat optic, dsb), serta penyajianatau penampilan pesan komunikasi (LCD player, HDTV, TV Plasma, telepon-fax yang sekaligus berfungsi sebagai foto copy-scanner-printer).

2. Jalur Perdagangan Internasional
      
        Perdagangan internasional dalam konteks globalisasi merupakan salah satu saluran yang cukup efektif dalam melakukan globalisasi budaya. Dalam perdagangan internasional tersebut, tidak hanya terjadi pertukaran barang-barang atau benda-benda ekonomi yang diperjualbelikan, melainkan terjadi pertukaran nilai budaya (culture value), kebiasaan atau ilmu pengetahuan dan teknologi.

       Adanya perusahaan transnasional atau dikenal dengan TNC (Transnational Corporation) atau dikenal pula dengan MNC (Multinational Corporation), merupakan salah satu cirri pokok terjadi globalisasi dalam bidang ekonomi, yang dalam kenyataannya akan berimbas kepada perubahan sikap, nilai, dan perilaku warga masyarakat di mana perusahaan tersebut berada.  Sebagaimana diketahui bahwa dalam hubungan internasional (international relation), pola perdagangan internasional menyebabkan adanya pertukaran dagang, teknologi, maupun kebudayaan. Hal tersebut selanjutnya berdampak terhadap pertukaran kebudayaan (cultural exchange)  yang melibatkan negara-negara yang berinteraksi melalui perdagangan tersebut. Semakin intens hubungan perdagangan tersebut, maka semakin besar pula terjadinya pertikaran nilai-nilai kebudayaan yang terjadi antara negara tersebut.

3. Jalur Pendidikan
      
       Dalam konteks globalisasi, pendidikan berperan strategis untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam percaturan internasional. Khususnya  para tenaga kesehatan baik itu dokter, perawat atau tenga kesehatan lainya , Porter menyatakan bahwa pada dasarnya setiap negara memiliki dua jenis keunggulan yakni keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif (comparative advantages) berkenaan dengan ketersediaan sumber daya alam (natural resource) dalam suatu negara. Sedangkan keunggulan kompetitif (competitive advantages) berkaitan dengan ketersediaan sumber daya manusia (human resource) yang handal dan berkualitas. Dewasa ini, seiring dengan iklim kompetisi antarbangsa yang sangat ketat sebagai ciri dari globalisasi, keunggulan kompetitif memberikan pengaruh yang sangat besar dalam mendorong dan meningkatkan daya saing bangsa.

4. Jalur Organisasi Internasional

     Dalam bukunya yang berjudul Getting to the twenty century : Voluntary Action and the Global Agenda (1990), David Korten mengatakan bahwa dalam era abad 21 ini merupakan era krisis yang akan menimpa banyak negara di belahan dunia ini, baik negara maju maupun negara-negara berkembang. Krisis berat itu ditengarai sebagai dampak dari tiga masalah utama yang terjadi dalam dasawarsa tahun 1980-an, yaitu (a) kemiskinan, (b) kerusakan lingkungan hidup, dan (c) penggunaan tindakan kekerasan (violence) dalam memecahkan konflik. Tidak hanya pemerintah atau negara yang dituntut untuk mampu memecahkan krisis tersebut, melainkan perlunya keterlibatan pihak lain untuk bersama-sama mencari solusi atas masalah atau krisis itu.

     Selanjutnya Korten menegaskan pentingnya Organisasi Non Pemerintah (Ornop) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan NGO (Non Government Organization) dalam memecahkan masalah yang dihadapi suatu bangsa atau bangsa-bangsa pada umumnya. Saat ini, dalam konteks internasional sudah banyak organisasi internasional yang berdiri untuk lebih mengefektifkan tingkat partisipasi warga masyarakat dan warga negara.


Dampak dari Global Village

      Menurut McLuhan, pada masa desa global terjadi, informasi dan komunikasi akan sangat terbuka, begitu juga dengan peran media massa dalam mentransformasi pesan. Dampak bagi masyarakat adalah masyarakat akan cenderung mempunyai persepsi yang sama karena memperoleh kesamaan kesempatan untuk mengakses informasi. Contoh dampak desa global bagi masyarakat adalah gempa yang terjadi di Sumatera Barat dapat menimbulkan kesan yang sama pada orang di Bandung atau di Samarinda. Persepsi mereka terhadap pemberitaan media massa akan cenderung sama, yaitu sedih, iba, ingin membantu, dan sebagainya. Hal ini tentunya membawa dampak positif bagi masyarakat, yakni membantu mempercepat masyarakat untuk mendapat informasi terbaru mengenai suatu peristiwa.

      Media massa juga membantu masyarakat untuk menolong korban gempa di pariaman dan sekitarnya, dengan pemberitaan bantuan untuk korban gempa, seperti "X peduli gempa padang", "dompet amal gempa padang" dan sebagainya. Ada juga dampak negatif dari menjadi nyatanya konsep desa global ini, yakni siapapun dapat mengakses apapun, misalnya anak kecil yang dapat mengakses berita kekerasan lewat tayangan televisi, atau melihat video porno di internet. Masyarakat sendiri yang harus bisa menyaring apa yang mereka anggap baik mereka. Sedangkan dampak desa global bagi media massa adalah berkembangnya industri media massa, baik media cetak, media interaktif, maupun media elektronik. Kemunculan teknologi seperti 3G, 4G, Wimax, situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, plurk tidak lepas dari kemunculan desa global.

Dampak positif Global Village 

1.    Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan dan kesehatan
2.    Mudah melakukan komunikasi antara sesama tenaga kesehatan
3.    Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
4.    Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
5.    Mudah memenuhi kebutuhan


Dampak negatif Global Village

1.    Informasi yang tidak tersaring 
2.    Perilaku konsumtif
3.    Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit bagi tenaga kesehatan
4.    Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
5.    Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat



Arab Spring

  Arab Spring merupakan sebutan yang biasa dikenal dengan serangkaian protes dan demonstrasi diseluruh Timur Tengah dan Afrika. Selain itu, kadang “Arab Spring” juga disebut dengan “Musim Semi dan Dingin Arab”, ada juga yang menyebut “Kebangkitan Arab“ atau “Pemberontakan Arab”, meski tidak semua pihak yang terlibat protes merupakan bangsa Arab.  Awalnya protes ini terjadi di Tunisia pada 18 Desember 2010, setelah pembakaran diri Mohamed Bouazizi dalam protes atas korupsi polisi dan perawatan kesehatan, kemudian protes tersebut berujung dengan kesuksesan. Setelah protes di Tunisia berhasil, kemudian gelombang kerusuhan menjalar ke Al-Jazair, Yordania, Mesir, dan Yaman, lalu berlanjut lagi ke negara-negara lain, melalui unjuk rasa terbesar serta paling terorganisir terjadi pada hari “Kemarahan” yang biasanya di hari Jum’at setelah shalat Jum’at. Protes ini juga mendorong kerusuhan sejenis di luar kawasan Arab.
            
        Meskipun demikian, demontrasi berlanjut sepanjang 2011, dan beberapa pasukan keamanan bergabung dalam demonstrasi tersebut dan menyerang pemerintah kekuatan. Suriah kerusuhan juga memiliki sebuah sekretarian komponen, dengan Sunni dominan di dalam oposisi untuk para alawit yang dipimpin pemerintah, dan konflik yang ada menjadi  sebuah sipil perang di 2012 dan berlanjut ke 2013, millitan Sunni Islam memainkan sebuah peran yang menonjol. Unjuk rasa tersebut mengakibatkan penggulingan dua kepala negara, yaitu Presiden Tunisia bernama Zine El Abidine Ben Ali yang kabur ke Arab Saudi tanggal 14 Januari setelah protes revolusi Tunisia, dan Presiden Mesir bernama Hosni Mubarak, mengundurkan diri pada 11 Februari 2011, setelah 18 hari protes massal dan mengakhiri masa kepemimpinannya selama 30 tahun.

BANJIR INFORMASI


       Perkembangan Kemajuan teknologi, membuat Indonesia kini disesaki informasi. Dari mulai banyaknya media online yang bermunculan, hingga situs jejaring sosial yang setiap hari terus bertambah penggunanya. Informasi merupakan salah satu kebutuhan vital yang seringkali tidak kita sadari. Selama ini kita hanya menyadari bahwa hanya sandang, pangan, dan papan lah yang menjadi kebutuhan vital dalam kehidupan. Padahal, tidak terpenuhinya kebutuhan informasi seorang manusia dapat memicu munculnya rasa cemas dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dapat berdampak negatif pada kondisi fisik dan psikis. 

       Sebagai contoh, Pada kasus musibah AirAsia misalnya, keluarga korban membutuhkan informasi yang benar mengenai kondisi dan keberadaan korban sehingga rasa cemas dapat berkurang. Pada kondisi banjir informasi seperti yang terjadi saat ini informasi yang benar dan sesat seringkali tercampur aduk. Tidak luput dari ingatan kita ketika saat hari pertama pencarian, ada pesan via BBM berisi informasi palsu yang diterima oleh keluarga korban dan menyatakan bahwa pesawat mendarat darurat di kawasan Belitung Timur. Seketika informasi tersebut menyebar ke banyak orang terutama melalui media sosial. Untung saja, otoritas yang berwenang menyebarkan informasi yang menyatakan bahwa informasi tersebut adalah hoax/kabar bohong. Namun sayangnya, masih ada masyarakat yang menelan informasi tersebut mentah-mentah. 

         Banjir informasi bukanlah sebuah masalah bila informasi yang beredar merupakan informasi yang tepat. Oleh karena itu, sangatlah perlu untuk menumbuhkan kesadaran informasi di masyarakat sehingga informasi-informasi sesat dan menyesatkan masyarakat dapat berkurang. Banjir informasi ini pun diiringi dengan tercampurnya informasi berkualitas dengan informasi sampah. Hoax bertebaran dimana-mana. Orang menyampaikan pendapat hanya berdasarkan informasi di dunia maya. Sehingga kita mulai sulit membedakan, mana informasi yang penting dan tidak penting. Mana informasi yang berkualitas tinggi dan berkualitas rendah. 

       Bila kita tidak memilah-milah, otak kita akan mengalami cognitive overload. Otak kita dipenuhi berbagai data dan informasi, baik yang berkualitas maupun sampah. Berguna maupun tak berguna. Sehingga kita menjadi kewalahan dan kebingungan. Kita tidak bisa membedakan mana informasi yang esensial dan mana yang tidak. Terlalu banyak informasi pun menyebabkan terlalu banyak pilihan. Akhirnya kita kehilangan fokus. Terlalu banyak hal yang perlu diperhatikan. Terlalu banyak yang perlu direspon. Akibatnya, sangat sedikit tugas dan pekerjaan yang tertuntaskan. 

      Maka kita pun sibuk dengan informasi berkualitas rendah dari sosial media, namun kita lupa mempelajari informasi berkualitas tinggi dari buku. Kita sibuk mengumpulkan informasi, namun kita lupa mengolahnya. Kita sibuk menyerap informasi, namun lupa untuk menerapkannya. Kita mengenal banyak hal, namun tidak menguasai satupun. Lalu, apa solusinya? Jerry Michalski – seorang konsultan produktivitas – menjawabnya dengan satu kalimat: “Anda perlu seutuhnya melepaskan kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu”. 

       Bagaimana praktikknya? Ada tiga hal utama yang perlu kita lakukan. Pertama, batasi jumlah expert atau guru yang Anda follow, demikian Sarah Peterson – seorang professional blogger – menyarankan. Terlalu banyak mengikuti banyak expert membuat Anda bingung. Karena seringkali pendapat satu expert dengan expert lainnya berbeda-beda. Ini akan menyebabkan pertentangan dalam otak kita yang membuat kita akhirnya tidak melakukan apa-apa. 

     Kedua, berhenti menimbun informasi. Jangan terlalu mudah tergoda mempelajari sesuatu yang baru. Informasi hanyalah informasi sampai Anda benar-benar menggunakannya. Pengetahuan hanya pengetahuan sampai kita benar-benar menerapkannya. 

       Ketiga, saran dari Cal Newport penulis buku Deep Work: berhenti atau setidaknya batasi penggunaan media sosial. Media sosial adalah pencuri waktu dan atensi terbesar. Jika waktu dan perhatian kita habis untuk media sosial, kita tidak punya waktu dan atensi untuk hal-hal yang lebih penting dalam hidup kita. 

Kamis, 08 Juni 2017

Belajar Cara Produksi Koran di Riau Pos

Dalam rangka memperdalam ilmu tentang komunikasi massa, mahasiswa kelas IV PR A Jurusan Komunikasi UIN SUSKA Riau melakukan kunjungan ke Riau Pos pada hari sabtu, 20 Mei 2017. Lawatan  ini sendiri didampingi oleh dosen Assyari abdullah M. Ikom dan Mustofa M. Ikom.

Setibanya disana kami disambut oleh penanggung jawab Riau Pos, bapak Helfizon Asyafei dan kepala IT Riau Pos sekaligus pimpinan suamtera.net, hendriwanto, yang sekaligus merupakan pemateri pada hari itu. Selama disana, kami dijelaskan dan mempelajari bagaimana proses koran diproduksi hingga akhirnya sampai ketangan pembaca.

Penyerahan Kenang-kenangan Mahasiswa kelas IV PR A beserta dosen UIN Suska 
kepada Riau Pos

Riau Pos Pertama terbit tahun 1991, saat terjadinya perang teluk. Tujuan Riau Pos sendiri adalah untuk menembus mitos terdahulu yang menyatakan bahwa koran daerah tidak dapat bertahan dan menayingi koran ibu kota (jakarta), karena dahulu satu-satunya koran yang dapat bertahan adalah koran dari jakarta saja. Kantor pertama Riau Pos berada di kuantan, dan pada tahun 1995, kantor Riau Pos berpindah ke pekanbaru. 17 januari 1991 koran Riau Pos pertama kali terbit untuk harian. Hingga saat ini, Riau Pos group sudah memiliki 25 cabang di berbagai daerah. Sistem Riau Pos group sendiri adalah otonomi daereah, dimana setiap cabang di pegang/dipimpin dan dikelola oleh anak daerah/masyarakat daerah, sehingga informasi yang diberitakan lebih detail, aktual, dan faktual.


Gedung Graha Pena Riau sekaligus Kantor Riau Pos

Dalam Proses kerjanya, reporter dimpin kordinator liputan, setiap pagi breafing, setiap wartawan ada poskonya, setiap reporter wajib menulis berita minimal 5 berita, setelah selesai rapat para reporter menyebar/turun kelapangan untuk mencari berita. Setelah membuat berita, reporter  mengirim berita ke kordinator liputan untuk di cek, lalu di cek kembali oleh redaktur/editor, lalu editor/redaktur membaca ulang berita tersebut dan melihat apakah berita tersebut memiliki kekurangan atau tidak, atau apakah berita tersebut memiliki masalah hukum/ terkena delik hukum atau tidak. Kemudia berita-berita tadi di cek kembali oleh redaktur pelaksana per sesinya, agar tidak terjadi pencetakan berita yang berganda atau foto yang sama. Kemudia berita di cek kembali oleh wakil pimpinan redaksi. Setelah semuanya selesai dan lolos uji, berita/ koran pun siap di cetak.

Deadline pengiriman berita ke percetakan adalah jam 12 malam. Proses perecetakan sendiri memakan waktu sekitar 3 jam, lalu proses packing sekitar 1 jam. Kemudian, sekitar pukul 3. 30 WIB armada dari 12 kabupaten kota mulai menyebarkan koran ke 12 kabupaten/kota tersebut.

Dalam dunia industri percetakan koran ini, teknologi merupakan hal yang penting, karena semua proses, mulai dari pengumpulan, editing, hingga percetakan koran semuanya membutuhkan dan menggunakan teknologi/ komputerisasi.  Pada awalnya, pembuatan koran di Riau Pos masih mengguakan tenaga manual dan memakan waktu yang lama, karena keterbatasan teknologi.  Salah satu bentuk tenaga manual tersebut, misalnya pembuatan berita yang masih menggunakan tulisan tangan, foto yang masih menggunakan lembar film, pengiriman berita yang menggunakan tenaga manusia (pos), dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu, teknologi mulai berkembang, proses pembuatan koran mulai berkembang, mulai dari mengguaan mesin ketik, fax, hingga akhirnya saat ini menggunakan komputer dan internet (LAN, email). Bahkan, smartphone pun dapat digunakan sebagai sarana pembuatan berita.


Mesin Cetak Riau Pos

Setelah pembekalan materi, sesi tanya-jawab, dan penyerahan cindra mata, kegiatan kami pun berlanjut dengan melihat ruangan dan kegiatan dapur produksi Riau Pos seperti ruang redaktur, dan ruang percetakan Riau Pos. Setelah selesai, kami pun bersama-sama kembali ke kampus UIN Suska.

Kamis, 30 Maret 2017

Konvergensi Media (Media Convergence)



Pengertian Konvergensi Media

Kata “konvergensi” sering digunakan untuk merujuk ke berbagai proses yang berbeda, sehingga terkadang menimbulkan kebingungan. Konvergensi media adalah penggabungan atau menyatunya saluran-saluran keluar (outlet) komunikasi massa, seperti media cetak, radio, televisi, Internet, bersama dengan teknologi-teknologi portabel dan interaktifnya, melalui berbagai platform presentasi digital.

Dalam perumusan yang lebih sederhana, konvergensi media adalah bergabungnya atau terkombinasinya berbagai jenis media, yang sebelumnya dianggap terpisah dan berbeda (misalnya, komputer, televisi, radio, dan suratkabar), ke dalam sebuah media tunggal.

Gerakan konvergensi media tumbuh berkat adanya kemajuan teknologi akhir-akhir ini, khususnya dari munculnya Internet dan digitisasi informasi. Konvergensi media ini menyatukan ”tiga-C” (computing, communication, dan content).

Jika dijabarkan di level perusahaan, maka konvergensi ini menyatukan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang informasi (komputer), jejaring telekomunikasi, dan penyedia konten (penerbit buku, suratkabar, majalah, stasiun TV, radio, musik, film, dan hiburan).

Contoh Konvergensi Media

Contoh yang mudah kita lihat adalah salah satu produknya, sebagai hasil perkembangan terkini pada teknologi mobile. Handphone yang Anda miliki sekarang bisa melakukan fungsi kalkulator, juga bisa untuk menonton siaran TV, mendengarkan siaran radio, membaca suratkabar online, menerima dan mengirim e-mail, memotret, merekam suara, merekam gambar video, selain tentunya untuk menelepon dan mengirim SMS.

Pengombinasian fungsi-fungsi dari beberapa piranti ke dalam satu mekanisme ini disebut juga konvergensi piranti (device convergence).

Penjabaran Tentang Konvergensi Media

Konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa untuk menyampaikan berita dan menghadirkan informasi dan hiburan, dengan menggunakan berbagai macam media.

Komunikasi yang sudah dikonvergensikan menyediakan berbagai macam alat untuk penyampaian berita, dan memungkinkan konsumen untuk memilih tingkat interaktivitasnya, seraya mereka bisa mengarahkan sendiri penyampaian kontennya.

Konvergensi media memungkinkan audiens (khalayak) media massa untuk berinteraksi dengan media massa dan bahkan mengisi konten media massa. Audiens sekarang dapat mengontrol kapan, di mana dan bagaimana mereka mengakses dan berhubungan dengan informasi, dalam berbagai jenisnya.

Jurnalisme konvergensi melibatkan kerjasama antara jurnalis media cetak, media siar, dan media Web (online) untuk menghasilkan berita terbaik yang dimungkinkan, dengan menggunakan berbagai sistem penyampaian (delivery).

Konvergensi telah terjadi pada dua aspek utama: teknologi dan industri.

Pada aspek teknologi: Konten kreatif telah dikonversikan ke dalam bentuk–bentuk digital standar-industri, untuk disampaikan melalui jejaring pita lebar (broadband) atau tanpa-kabel (wireless), untuk ditampilkan di berbagai komputer atau piranti-piranti seperti-komputer, mulai dari telepon seluler sampai PDA (personal digital assistant), hingga ke alat perekam video digital (DVR, digital video recorder) yang terhubung ke pesawat televisi.

Pada aspek industri: Perusahaan-perusahaan yang melintasi spektrum bisnis, mulai dari perusahaan media ke telekomunikasi sampai teknologi, telah menyatu dan membentuk aliansi-aliansi strategis, untuk mengembangkan model-model bisnis baru, yang dapat meraih keuntungan dari ekspektasi konsumen yang sedang tumbuh terhadap konten media yang disesuaikan dengan permintaan (on-demand).

Sejumlah analis industri memandang, konvergensi media ini menandai memudarnya ”media lama” seperti media cetak dan media siar, serta bangkitnya ”media baru,” yang perkembangannya masih berlangsung dinamis saat ini.

Makna Konvergensi Media sebagai sebuah Strategi Ekonomi

Konvergensi media adalah sebuah strategi ekonomi, di mana perusahaan-perusahaan komunikasi mencari keuntungan finansial, dengan mengupayakan agar berbagai media yang mereka miliki bisa bekerja bersama. Strategi ini merupakan produk dari tiga unsur:

Pertama, konsentrasi perusahaan, di mana jumlah perusahaan besar semakin sedikit, tetapi tiap perusahaan itu justru memiliki semakin banyak properti media.
Kedua, digitisasi (digitization), di mana konten media diproduksi dalam bahasa komputer yang universal, sehingga dengan demikian mudah diadaptasikan untuk digunakan di media apapun.

Ketiga, deregulasi pemerintah, yang semakin memberi kelonggaran pada konglomerasi media untuk memiliki berbagai jenis media (misalnya, stasiun TV, radio, dan suratkabar) di pasar yang sama. Deregulasi ini mengizinkan perusahaan pembawa konten (seperti, pemasok TV kabel) untuk menguasai penghasil konten (misalnya, saluran-saluran TV khusus).

Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk mengurangi biaya tenaga kerja, administratif, dan material, serta boleh menggunakan konten media yang sama melintasi berbagai saluran keluar (outlet) media.

Juga, untuk menarik iklan yang semakin meningkat, dengan menawarkan transaksi paket (package deal) dan belanja satu-tempat (one-stop shopping) kepada para pengiklan bagi sejumlah platform media. Ditambah lagi, untuk meningkatkan pengenalan merek (brand recognition) dan loyalitas merek (brand loyalty) di kalangan audiens lewat promosi-silang (cross-promotion) dan penjualan-silang (cross-selling).

Pada saat yang sama, mereka secara signifikan meninggikan tembok penghalang bagi para pelaku bisnis baru yang mencoba masuk ke pasar media, dan dengan demikian membatasi kompetisi terhadap perusahaan-perusahaan yang sudah berkonvergensi.

Contoh Konvergensi Perusahaan (Corporate Convergence)

Secara historis, perusahaan-perusahaan komunikasi sebenarnya telah lama membentuk rantai kepemilikan suratkabar dan jejaring stasiun-stasiun radio dan TV, untuk mewujudkan banyak keuntungan dari sinergi tersebut. Dalam hal ini, konvergensi dapat dipandang sebagai ekspansi dan intensifikasi, yang berangkat dari logika berpikir yang sama.

Tren konvergensi dimulai pada tahun 1980-an dengan sinergi. Perusahaan-perusahaan yang merupakan penyedia konten, seperti studio film dan perusahaan rekaman, membeli saluran-saluran distribusi, seperti TV kabel. Dengan munculnya teknologi digital, sinergi ini lalu berubah menjadi konvergensi, sebuah visi tentang satu perusahaan yang menyediakan semua layanan yang bisa dibayangkan.

Contoh terbesar konvergensi perusahaan adalah merger tahun 2001, antara ”media baru” AOL (American Online) dengan ”media lama” Time Warner. Pada saat itu, merger tersebut tampaknya merupakan ide yang baik. Hampir 60 persen rumah tangga Amerika memiliki komputer, dan setiap orang memiliki televisi.

Para pendukung konvergensi, yang sangat antusias, membayangkan masa depan di mana setiap rumah tangga akan memiliki koneksi pita-lebar berkecepatan tinggi ke Internet, yang menyediakan TV interaktif, video sesuai-permintaan, majalah online, e-mail, dan jelajah Web (Web surfing).

Time Warner menguasai konten, dengan deretan majalah, film, dan program-program televisi yang dimilikinya. Sedangkan AOL memiliki saluran ke lebih dari 20 juta tempat tinggal di Amerika. Namun, merger itu kemudian menjadi bencana ketika harga saham perusahaan jatuh lebih dari 60 persen dalam tahun-tahun berikutnya. Kerugiannya begitu besar, sehingga ”AOL” secara resmi dihapus dari nama perusahaan pada 2003.

Sebab Gagalnya Konvergensi Perusahaan

Salah satu alasannya bersifat teknis. Orang Amerika ternyata lamban dalam mengadopsi koneksi pita-lebar berkecepatan tinggi, yang diperlukan untuk terjadinya konvergensi. Alasan lain adalah pemilihan waktu yang tidak tepat. Merger itu terjadi tak lama sebelum saham-saham perusahaan yang terkait dengan Internet berguguran, sehingga menguras habis modal potensial yang dibutuhkan untuk memajukan proses ke arah konvergensi yang diidamkan.

Faktor ketiga, terkait dengan kekeliruan dalam membaca psikologi konsumen. Hanya karena seseorang bisa terkoneksi ke Internet melalui AOL, tidaklah lantas berarti ia ingin menyaksikan liputan CNN atau menonton film-film Warner Brothers atau membaca majalah Time. Tidak ada hubungan mendasar antara konten dan saluran distribusi.

Konvergensi Operasional

Konvergensi operasional terjadi ketika pemilik dari beberapa properti media dalam satu pasar mengombinasikan operasi-operasi media yang terpisah tersebut ke dalam satu usaha tunggal. Misalnya, di Florida, Amerika, saluran berita televisi WFLA, suratkabar Tampa Tribune, dan media online TBO.com mengoperasikan sebuah departemen pemberitaan (news) yang terkonvergensi.

Di Lawrence, Kansas, Amerika, konvergensi terjadi ketika Lawrence Journal-World mengombinasikan fungsi-fungsi pelaporan berita dari suratkabar, situs web suratkabar tersebut, dan saluran berita kabel lokalnya. Jika peraturan kepemilikan silang media terus diperlonggar, tren konvergensi operasional semacam ini mungkin akan terus meningkat.

Keuntung & Kerugian Konvergensi Operasional

Keuntungan dari konvergensi jenis ini cukup jelas. Ia menghemat uang karena –ketimbang mempekerjakan staf pemberitaan yang terpisah untuk setiap media—pengoperasian bisa lebih murah ketika mempekerjakan reporter yang sama untuk tiga media sekaligus: suratkabar, situs Web, dan stasiun TV. Sebagai tambahan, setiap media itu bisa mempromosikan mitra-mitra medianya. TV berita dapat mendorong pembaca untuk mengunjungi situs web atau membeli suratkabarnya (versi cetak).

Tentu saja, ada sisi yang memberatkan juga. Reporter yang dipekerjakan memerlukan tambahan pelatihan untuk bisa menguasai berbagai media. Hal ini menimbulkan beberapa kontroversi di kalangan reporter media cetak, yang enggan disuruh membawa-bawa kamera video dan perekam suara, sebagai bagian dari peralatan liputan.

Lebih lanjut, banyak juga pengeritik yang khawatir bahwa pengoperasian yang terkonvergensi ini berarti berkurangnya independensi dan keragaman bentuk jurnalisme. Beberapa di antara mereka menyimpulkan, walaupun konvergensi operasional mungkin bagus untuk perusahaan-perusahaan media, itu mungkin tidak bagus buat konsumen media.



Daftar Pustaka

Straubhaar, Joseph, dan Robert LaRose. 2002. Media Now: Communications Media in the Information Age. Third Edition. Belmont: Wadsworth Group.
Dominick, Joseph R. 2005. The Dynamics of Mass Communications: Media in the Digital Age. 8th Edition. New York: McGraw Hill.
http://sites.actx.edu/~gibson_j/what_is_media_convergence.htm, diunduh pada 18 November 2010.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1425043/media-convergence, diunduh pada 18 November 2010.
http://www.thecanadianencyclopedia.com/index.cfm?PgNm=TCE&Params=A1ARTA0009695, diunduh pada 18 November 2010.
http://uk.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090221083606AAGTeZY

Selasa, 21 Maret 2017

PENGERTIAN TRADISI, BUDAYA, KEBIASAAN, ADAT-ISTIADAT, & PERADABAN



A.     Tradisi
      Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

B.     Kebiasaan
     Secara harfiah kebiasan memiliki arti pengulangan sesuatu secara terus-menerus dalam kegiatan yang sama. kebiasaan ini terbentuk dengan sendirinya bahkan tanpa disadari sebelumnya oleh pelakunya. Suatu kegiatan bisa menjadi kebiasaan karena memberikan rasa nyaman bagi pelaku, sehingga cenderung memberikan efek kecanduan.
Kebiasaan yang lambat laun tidak hanya dilakukan oleh perorangan namun menjalar kepada banyak orang bahkan dalam satu daerah akan membentuk adat. Menjadi adat karena dilakukan secara turun-temurun dari beberapa generasi. Kebiasaan yang menjadi adat tentunya memiliki kriteria tersendiri:
Ø  Berdasarkan pada kepercayaan yang dipegang masyarakat
Ø  Suatu kebiasaan tersebut menunjukkan hasil yang diharapkan masyarakat
Ø  Sesuai dengan kepribadian masyarakat
Ø  Sesuai dengan keberadaan sarana dan prasarana

C.     Budaya
     Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Menurut Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari linkungan hidup yang diciptakan oleh manusia. Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material sebagian besar ahli yang mengartikan pengaruhi olehh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori dari tahapan yang sederhana mnuju tahapan yang lebih kompleks.[1]

D.     Peradaban
      Menurut Bierens De, peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis, sedangkan kebudayaan ialah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih dan murni yang berada diatas tujuan yang praktis hubungan kemasyarakatan. Kemudian menurut Prof. Dr. Koenjaraningrat, peradaban ialah bagian-bagian kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian. Dengan demikian, peradaban tidak lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang dicirikan oleh taraf intelektual, keindahan, teknologi, dan spiritual tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya.[2]

E.     Adat Istiadat
      Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi kegenerasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat( Kamus besar bahasa indonesia, 1988:5,6).








[1] Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana, Jakarta, 2007, hlm. 27-28.
[2] Ibid., hlm 47.

Kamis, 16 Maret 2017

Lambang (Symbol), Tanda & Homophily

Lambang (Symbol), Tanda & Homophily

A.    Lambang (Symbol)
Adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukka sesuatu laiinya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata, perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. [1]

B.     Tanda
Adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu ( yang alin ) dalam kaitan atau kapasitas tertentu.

C.    Homophily
Homophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat, kepercayaan, status social, dan lain-lain.
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hemophily:
1.      Orang yang sama lebh mungkin termasuk kelompok yang sama
2.      Tertarik oleh kepentingan yang sama




[1]  Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja. Rosdakarya.