Kamis, 30 Maret 2017

Konvergensi Media (Media Convergence)



Pengertian Konvergensi Media

Kata “konvergensi” sering digunakan untuk merujuk ke berbagai proses yang berbeda, sehingga terkadang menimbulkan kebingungan. Konvergensi media adalah penggabungan atau menyatunya saluran-saluran keluar (outlet) komunikasi massa, seperti media cetak, radio, televisi, Internet, bersama dengan teknologi-teknologi portabel dan interaktifnya, melalui berbagai platform presentasi digital.

Dalam perumusan yang lebih sederhana, konvergensi media adalah bergabungnya atau terkombinasinya berbagai jenis media, yang sebelumnya dianggap terpisah dan berbeda (misalnya, komputer, televisi, radio, dan suratkabar), ke dalam sebuah media tunggal.

Gerakan konvergensi media tumbuh berkat adanya kemajuan teknologi akhir-akhir ini, khususnya dari munculnya Internet dan digitisasi informasi. Konvergensi media ini menyatukan ”tiga-C” (computing, communication, dan content).

Jika dijabarkan di level perusahaan, maka konvergensi ini menyatukan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang informasi (komputer), jejaring telekomunikasi, dan penyedia konten (penerbit buku, suratkabar, majalah, stasiun TV, radio, musik, film, dan hiburan).

Contoh Konvergensi Media

Contoh yang mudah kita lihat adalah salah satu produknya, sebagai hasil perkembangan terkini pada teknologi mobile. Handphone yang Anda miliki sekarang bisa melakukan fungsi kalkulator, juga bisa untuk menonton siaran TV, mendengarkan siaran radio, membaca suratkabar online, menerima dan mengirim e-mail, memotret, merekam suara, merekam gambar video, selain tentunya untuk menelepon dan mengirim SMS.

Pengombinasian fungsi-fungsi dari beberapa piranti ke dalam satu mekanisme ini disebut juga konvergensi piranti (device convergence).

Penjabaran Tentang Konvergensi Media

Konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa untuk menyampaikan berita dan menghadirkan informasi dan hiburan, dengan menggunakan berbagai macam media.

Komunikasi yang sudah dikonvergensikan menyediakan berbagai macam alat untuk penyampaian berita, dan memungkinkan konsumen untuk memilih tingkat interaktivitasnya, seraya mereka bisa mengarahkan sendiri penyampaian kontennya.

Konvergensi media memungkinkan audiens (khalayak) media massa untuk berinteraksi dengan media massa dan bahkan mengisi konten media massa. Audiens sekarang dapat mengontrol kapan, di mana dan bagaimana mereka mengakses dan berhubungan dengan informasi, dalam berbagai jenisnya.

Jurnalisme konvergensi melibatkan kerjasama antara jurnalis media cetak, media siar, dan media Web (online) untuk menghasilkan berita terbaik yang dimungkinkan, dengan menggunakan berbagai sistem penyampaian (delivery).

Konvergensi telah terjadi pada dua aspek utama: teknologi dan industri.

Pada aspek teknologi: Konten kreatif telah dikonversikan ke dalam bentuk–bentuk digital standar-industri, untuk disampaikan melalui jejaring pita lebar (broadband) atau tanpa-kabel (wireless), untuk ditampilkan di berbagai komputer atau piranti-piranti seperti-komputer, mulai dari telepon seluler sampai PDA (personal digital assistant), hingga ke alat perekam video digital (DVR, digital video recorder) yang terhubung ke pesawat televisi.

Pada aspek industri: Perusahaan-perusahaan yang melintasi spektrum bisnis, mulai dari perusahaan media ke telekomunikasi sampai teknologi, telah menyatu dan membentuk aliansi-aliansi strategis, untuk mengembangkan model-model bisnis baru, yang dapat meraih keuntungan dari ekspektasi konsumen yang sedang tumbuh terhadap konten media yang disesuaikan dengan permintaan (on-demand).

Sejumlah analis industri memandang, konvergensi media ini menandai memudarnya ”media lama” seperti media cetak dan media siar, serta bangkitnya ”media baru,” yang perkembangannya masih berlangsung dinamis saat ini.

Makna Konvergensi Media sebagai sebuah Strategi Ekonomi

Konvergensi media adalah sebuah strategi ekonomi, di mana perusahaan-perusahaan komunikasi mencari keuntungan finansial, dengan mengupayakan agar berbagai media yang mereka miliki bisa bekerja bersama. Strategi ini merupakan produk dari tiga unsur:

Pertama, konsentrasi perusahaan, di mana jumlah perusahaan besar semakin sedikit, tetapi tiap perusahaan itu justru memiliki semakin banyak properti media.
Kedua, digitisasi (digitization), di mana konten media diproduksi dalam bahasa komputer yang universal, sehingga dengan demikian mudah diadaptasikan untuk digunakan di media apapun.

Ketiga, deregulasi pemerintah, yang semakin memberi kelonggaran pada konglomerasi media untuk memiliki berbagai jenis media (misalnya, stasiun TV, radio, dan suratkabar) di pasar yang sama. Deregulasi ini mengizinkan perusahaan pembawa konten (seperti, pemasok TV kabel) untuk menguasai penghasil konten (misalnya, saluran-saluran TV khusus).

Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk mengurangi biaya tenaga kerja, administratif, dan material, serta boleh menggunakan konten media yang sama melintasi berbagai saluran keluar (outlet) media.

Juga, untuk menarik iklan yang semakin meningkat, dengan menawarkan transaksi paket (package deal) dan belanja satu-tempat (one-stop shopping) kepada para pengiklan bagi sejumlah platform media. Ditambah lagi, untuk meningkatkan pengenalan merek (brand recognition) dan loyalitas merek (brand loyalty) di kalangan audiens lewat promosi-silang (cross-promotion) dan penjualan-silang (cross-selling).

Pada saat yang sama, mereka secara signifikan meninggikan tembok penghalang bagi para pelaku bisnis baru yang mencoba masuk ke pasar media, dan dengan demikian membatasi kompetisi terhadap perusahaan-perusahaan yang sudah berkonvergensi.

Contoh Konvergensi Perusahaan (Corporate Convergence)

Secara historis, perusahaan-perusahaan komunikasi sebenarnya telah lama membentuk rantai kepemilikan suratkabar dan jejaring stasiun-stasiun radio dan TV, untuk mewujudkan banyak keuntungan dari sinergi tersebut. Dalam hal ini, konvergensi dapat dipandang sebagai ekspansi dan intensifikasi, yang berangkat dari logika berpikir yang sama.

Tren konvergensi dimulai pada tahun 1980-an dengan sinergi. Perusahaan-perusahaan yang merupakan penyedia konten, seperti studio film dan perusahaan rekaman, membeli saluran-saluran distribusi, seperti TV kabel. Dengan munculnya teknologi digital, sinergi ini lalu berubah menjadi konvergensi, sebuah visi tentang satu perusahaan yang menyediakan semua layanan yang bisa dibayangkan.

Contoh terbesar konvergensi perusahaan adalah merger tahun 2001, antara ”media baru” AOL (American Online) dengan ”media lama” Time Warner. Pada saat itu, merger tersebut tampaknya merupakan ide yang baik. Hampir 60 persen rumah tangga Amerika memiliki komputer, dan setiap orang memiliki televisi.

Para pendukung konvergensi, yang sangat antusias, membayangkan masa depan di mana setiap rumah tangga akan memiliki koneksi pita-lebar berkecepatan tinggi ke Internet, yang menyediakan TV interaktif, video sesuai-permintaan, majalah online, e-mail, dan jelajah Web (Web surfing).

Time Warner menguasai konten, dengan deretan majalah, film, dan program-program televisi yang dimilikinya. Sedangkan AOL memiliki saluran ke lebih dari 20 juta tempat tinggal di Amerika. Namun, merger itu kemudian menjadi bencana ketika harga saham perusahaan jatuh lebih dari 60 persen dalam tahun-tahun berikutnya. Kerugiannya begitu besar, sehingga ”AOL” secara resmi dihapus dari nama perusahaan pada 2003.

Sebab Gagalnya Konvergensi Perusahaan

Salah satu alasannya bersifat teknis. Orang Amerika ternyata lamban dalam mengadopsi koneksi pita-lebar berkecepatan tinggi, yang diperlukan untuk terjadinya konvergensi. Alasan lain adalah pemilihan waktu yang tidak tepat. Merger itu terjadi tak lama sebelum saham-saham perusahaan yang terkait dengan Internet berguguran, sehingga menguras habis modal potensial yang dibutuhkan untuk memajukan proses ke arah konvergensi yang diidamkan.

Faktor ketiga, terkait dengan kekeliruan dalam membaca psikologi konsumen. Hanya karena seseorang bisa terkoneksi ke Internet melalui AOL, tidaklah lantas berarti ia ingin menyaksikan liputan CNN atau menonton film-film Warner Brothers atau membaca majalah Time. Tidak ada hubungan mendasar antara konten dan saluran distribusi.

Konvergensi Operasional

Konvergensi operasional terjadi ketika pemilik dari beberapa properti media dalam satu pasar mengombinasikan operasi-operasi media yang terpisah tersebut ke dalam satu usaha tunggal. Misalnya, di Florida, Amerika, saluran berita televisi WFLA, suratkabar Tampa Tribune, dan media online TBO.com mengoperasikan sebuah departemen pemberitaan (news) yang terkonvergensi.

Di Lawrence, Kansas, Amerika, konvergensi terjadi ketika Lawrence Journal-World mengombinasikan fungsi-fungsi pelaporan berita dari suratkabar, situs web suratkabar tersebut, dan saluran berita kabel lokalnya. Jika peraturan kepemilikan silang media terus diperlonggar, tren konvergensi operasional semacam ini mungkin akan terus meningkat.

Keuntung & Kerugian Konvergensi Operasional

Keuntungan dari konvergensi jenis ini cukup jelas. Ia menghemat uang karena –ketimbang mempekerjakan staf pemberitaan yang terpisah untuk setiap media—pengoperasian bisa lebih murah ketika mempekerjakan reporter yang sama untuk tiga media sekaligus: suratkabar, situs Web, dan stasiun TV. Sebagai tambahan, setiap media itu bisa mempromosikan mitra-mitra medianya. TV berita dapat mendorong pembaca untuk mengunjungi situs web atau membeli suratkabarnya (versi cetak).

Tentu saja, ada sisi yang memberatkan juga. Reporter yang dipekerjakan memerlukan tambahan pelatihan untuk bisa menguasai berbagai media. Hal ini menimbulkan beberapa kontroversi di kalangan reporter media cetak, yang enggan disuruh membawa-bawa kamera video dan perekam suara, sebagai bagian dari peralatan liputan.

Lebih lanjut, banyak juga pengeritik yang khawatir bahwa pengoperasian yang terkonvergensi ini berarti berkurangnya independensi dan keragaman bentuk jurnalisme. Beberapa di antara mereka menyimpulkan, walaupun konvergensi operasional mungkin bagus untuk perusahaan-perusahaan media, itu mungkin tidak bagus buat konsumen media.



Daftar Pustaka

Straubhaar, Joseph, dan Robert LaRose. 2002. Media Now: Communications Media in the Information Age. Third Edition. Belmont: Wadsworth Group.
Dominick, Joseph R. 2005. The Dynamics of Mass Communications: Media in the Digital Age. 8th Edition. New York: McGraw Hill.
http://sites.actx.edu/~gibson_j/what_is_media_convergence.htm, diunduh pada 18 November 2010.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1425043/media-convergence, diunduh pada 18 November 2010.
http://www.thecanadianencyclopedia.com/index.cfm?PgNm=TCE&Params=A1ARTA0009695, diunduh pada 18 November 2010.
http://uk.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090221083606AAGTeZY

Selasa, 21 Maret 2017

PENGERTIAN TRADISI, BUDAYA, KEBIASAAN, ADAT-ISTIADAT, & PERADABAN



A.     Tradisi
      Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

B.     Kebiasaan
     Secara harfiah kebiasan memiliki arti pengulangan sesuatu secara terus-menerus dalam kegiatan yang sama. kebiasaan ini terbentuk dengan sendirinya bahkan tanpa disadari sebelumnya oleh pelakunya. Suatu kegiatan bisa menjadi kebiasaan karena memberikan rasa nyaman bagi pelaku, sehingga cenderung memberikan efek kecanduan.
Kebiasaan yang lambat laun tidak hanya dilakukan oleh perorangan namun menjalar kepada banyak orang bahkan dalam satu daerah akan membentuk adat. Menjadi adat karena dilakukan secara turun-temurun dari beberapa generasi. Kebiasaan yang menjadi adat tentunya memiliki kriteria tersendiri:
Ø  Berdasarkan pada kepercayaan yang dipegang masyarakat
Ø  Suatu kebiasaan tersebut menunjukkan hasil yang diharapkan masyarakat
Ø  Sesuai dengan kepribadian masyarakat
Ø  Sesuai dengan keberadaan sarana dan prasarana

C.     Budaya
     Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Menurut Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari linkungan hidup yang diciptakan oleh manusia. Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material sebagian besar ahli yang mengartikan pengaruhi olehh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori dari tahapan yang sederhana mnuju tahapan yang lebih kompleks.[1]

D.     Peradaban
      Menurut Bierens De, peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis, sedangkan kebudayaan ialah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih dan murni yang berada diatas tujuan yang praktis hubungan kemasyarakatan. Kemudian menurut Prof. Dr. Koenjaraningrat, peradaban ialah bagian-bagian kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian. Dengan demikian, peradaban tidak lain adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang dicirikan oleh taraf intelektual, keindahan, teknologi, dan spiritual tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya.[2]

E.     Adat Istiadat
      Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi kegenerasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat( Kamus besar bahasa indonesia, 1988:5,6).








[1] Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Kencana, Jakarta, 2007, hlm. 27-28.
[2] Ibid., hlm 47.

Kamis, 16 Maret 2017

Lambang (Symbol), Tanda & Homophily

Lambang (Symbol), Tanda & Homophily

A.    Lambang (Symbol)
Adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukka sesuatu laiinya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata, perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. [1]

B.     Tanda
Adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu ( yang alin ) dalam kaitan atau kapasitas tertentu.

C.    Homophily
Homophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat, kepercayaan, status social, dan lain-lain.
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hemophily:
1.      Orang yang sama lebh mungkin termasuk kelompok yang sama
2.      Tertarik oleh kepentingan yang sama




[1]  Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung : Remaja. Rosdakarya.